Rabu, 22 Desember 2010

penghijauan


sekarang gw coba ngebahas tentang penghijauan.
penghijauan atau reboisasi adalah menanam (kembali) tanaman hijau yang berfungsi sebagai paru-paru dunia. di indonesia banyak banget jenis tanaman, hutan di kalimantan adalah salah satu dari paru-paru dunia. tapi sayang banget karena hampir sebagian wilayah sudah menjadi lahan yang tandus akibat penebangan dan pembakaran hutan secara liar.
hal ini kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah Indonesia, bahkan asap kebakaran hutan di kalimantan mencapai daerah malaysia dan singapura. berulang kali pemerintah Indonesia ditegur oleh negara tersebut.
tentu saja cara pertama yang harus dilakukan untuk menjaga hutan kita adalah pemerintah harus memperketat pengawasan di daerah hutan.. setelah itu, kita sebagai warga negara juga harus berpartisipasi menjaga. misalnya dengan melaporkan jika kita melihat ada penebangan liar.
selain itu, kita juga harus membiasakan diri dengan tidak memetik atau menebang tanaman sembarangan.
penghijauan tidak selalu dengan menanam bibit pohon yang harus di beli dulu, banyak cara bisa dilakukan. misalnya dengan cangkok, stek, dsb yang sangat mudah dan murah untuk dilakukan.
jadi tidak ada alasan untuk tidak melakukan penghijauan !
kalau bukan kita, siapa lagi ? :)
hidup hijau untuk masa depan!

kesenjangan sosial

lagi denger lagu bunga hitam- buktikan, liriknya dalem juga.
cocok banget buat menggambarkan keadaan negri kita ini.
kira-kira liriknya begini :
kulihat bayi sungguh menderita, karena gizi buruk menerpa hidup mereka.
busung lapar yang terjadi di negri kita, seperti halnya yang terjadi di Etiopia.
bukan salahnya ayah-bunda mereka telah membuat bayinya hidup sungguh menderita.
karena mahalnya harga sembako yang ada, tak mampu memberi 4 sehat 5 sempurna.
kemajuankah atau kemunduran? atau tak peduli jaminan kesehatan?
kemajuankah atau kemunduran? apapun tuk hidup tlah diabaikannya.
ini salah siapa? pemerintah!
siapa yang menderita? rakyatnya!
kami menginginkan sembako yang murah, kami menginginkan BBM pun murah.
kami ingin biaya sekolah gratis, kami ingin biaya kesehatanpun gratis.

di negri kita ini tuh kesenjangan sosialnya tinggi banget. nah kemaren sempet miris juga ngedenger rencana anggota DPR, katanya perwakilan rakyat tapi malah nuntut pembangunan gedung baru yang bakal ngabisin dana kurang lebih 6 triliyun (kebayang gak tuh berapa banyak?), padahal kaya yang kita tau, kalo kinerja DPR itu jauh dari normal, bahkan sangat buruk. katanya sih mewakili rakyat, tapi rakyat yg mana nih? padahal kenyataannya jutaan rakyat indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
beberapa minggu yang lalu, negeri kita ditimpa banyak bencana (tsunami di mentawai, banjir di wasior- irian, gunung meletus di merapi), banyak banget kerugian, jiwa maupun materiil, ribuan rumah rusak, ratusan orang meninggal, fasilitas umum rusak, dan banyak harta benda melayang, semua menyisakan tangis yang mendalam.
sementara itu, beberapa anggota dewan malah asyik "jalan-jalan" ke luar negeri. menghabiskan dana miliyaran rupiah. entah mereka ini gak punya hati atau pura-pura buta? bayangin kalo dana yang habis untuk "jalan-jalan" tersebut di bagikan ke korban bencana. pasti berguna banget.
diatas adalah contoh kesenjangan sosial DPR dan sebagian rakyat indonesia yang hidup miskin.
disini,di jakarta.
banyak banget bangunan-bangunan tingkat, mewah, serta berkelas. gedung perkantoran menjulang tinggi di tengah kota. fasilitas mewah bertebaran, pusat perbelanjaan dimana-mana, tapi coba lihat ke daerah pinggiran rel kereta api, kalian akan liat pemandangan yang beda. dimana terlihat rumah-rumah kumuh yang bersebelahan dengan gedung bertingkat.
pemandangan yang ironis kan? di tengah kemewahan kota megapolitan, jakarta menyimpan aib yang luar biasa! ya kemiskinan.

sumber foto

semoga pemerintah bisa ngatasin masalah ini secepatnya, kurangi pengangguran, kasih bantuan, dan banyak lagi, demi memberantas kesenjangan~

Minggu, 12 Desember 2010

iseng sekalian renungan :)

di salin dari buku "provokasi 2 mantra mengubah nasib dengan kata" karya Prasetya M.Brata .

Dalam sebuah pelatihan, saya meminta salah seorang peserta yang berpostur kecil dan kurus mengangkat sebuah kursi yang sudah saya siapkan.

“bagaimana rasanya? Berat atau ringan?”, Tanya saya.

“berat, Pak!”, jawabnya.

Saya meminta seorang yang berbadan lebih besar untuk maju dan mengangkat kursi yang sama. Dia bilang, “lumayan agak enteng, Pak. Sedang-sedang sajalah…”

Satu lagi pria berbadan besar dan kekar saya undang ke depan dan mengangkat kursi yang sama. Katanya, “enteng, Pak!”

Saya lantas bertanya pada audience, “ nah, ada 3 orang yang mengangkat kursi yang sama. Yang pertama bilang ‘berat’, yang kedua bilang ‘sedang-sedang saja’, yang ketiga bilang ‘enteng’. Yang benar yang mana? Jadi yang berat, sedang, dan ringan itu bukan kursinya bukan? Mereka mengangkat kursi yang sama. Berat-ringannya kursi ini tergantung pada seberapa besar dan kuat otot anda. Kalau otot anda kuat, anda akan mengatakan kursi ini ringan. Kalau otot anda lemah, anda akan mengatakan kalau ini berat…”

Saya lantas melanjutkan, “Nah, kalau ada yang mengatakan ‘Aduuuuh, berat sekali masalahku…’ yang berat itu masalahnya, atau karena masih lemahnya otot kompetensi, ilmu, dan keterampilannya untuk menyelesaikan masalah?